Pages

Memori Kolektif

Jumat, 01 November 2013
Indonesia, khususnya golongan mayoritas memiliki ketakutan pada memori kolektif. Hal-hal yang berhubungan dengan itu berusaha dilupakan dan ditiadakan.

Menurut Tommy F Awuy, dalam kuliahnya (Multikulturalisme dan Pluralisme), Indonesia memiliki memori kolektif dalam dua peristiwa.Dua peristiwa tersebut adalah memori mengenai Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dan peristiwa 30 September 1965.

Masih ada perdebatan di antara para sejarawan dan petinggi militer mengenai apakah kemerdekaan didapat melalui "bambu runcing" yang dijalankan oleh kaum militer atau dengan cara diplomasi yang dijalankan oleh para cendekiawan. Juga perdebatan mengenai tuduhan penuh apakah PKI menjadi dalang dari peristiwa pembantaian para jenderal pada bulan September 1965 atau ada konspirasi di balik itu semua.

Gus Dur mulai mengubah kengerian memori tersebut dengan membuat rekonsiliasi dengan mengajukan permintaan maaf pada keluarga PKI (Tapol). Beliau seolah menolak lupa dan berkata, "Jika tidak ada permintaan maaf, sejarah bangsa kita akan tetap menjadi sejarah kriminal."