Tahun ini terasa penuh buat saya. Entah~ Mungkin karena jadwal rencana pernikahan yang semakin dekat, walaupun pihak keluarga kami belum menentukan tanggal pasti.
Sebenarnya ada banyak hal yang harus dipersiapkan, bukan hanya persiapan permukaan, seperti: surat nikah di KUA, akad, dan wedding preparation yang mestinya dipersiapkan jauh hari, tapi juga persiapan mental dan persiapan kecakapan dalam urusan rumah tangga.
Kalau boleh dibilang, minta saya untuk merapikan sebuah kapal pecah, mendesain rumah, mengangkat galon, mengganti ban mobil, mencangkul, memaku, dan menggeser lemari besar, tapi jika untuk urusan memasak, saya takut orang yang memakan masakan saya sakit perut atau malah jijik dengan tampilan masakannya.
Saya mau dan bisa masak, tapi belum terlatih. Ketika saya SD, tidak ada keinginan sama sekali untuk memperhatikan mama saya memasak di dapur. Pun ketika Tsanawiyah di mana saya hanya pulang setahun dua kali ke rumah di Kalimantan Selatan. Dan saat SMA, saya beranggapan bahwa "dapur" hanyalah tempat untuk mendiskriminasi perempuan. Maka komplit sudah saya tidak bisa membedakan yang mana jahe, mana lengkuas. Ke dapur hanya sekedar merebus mie, membuat teh atau kopi, dan menggoreng ayam jika kepepet.
Saya punya kakek yang suka sekali memasak, yah walaupun sebagian besar hanyalah hasil eksperimen beliau. Jika sedang memasak tidak boleh diganggu, bahkan oleh mama saya. Jadilah si Kaik (panggilan kakek untuk orang Kalimantan) yang memasak setiap hari di rumah. Dan saya yang memang tidak ada keinginan untuk belajar, semakin terfasilitasi dengan adanya Kaik yang suka memasak. :3
Dan sekarang umur saya hampir 22 tahun dan masih belum mahir memasak. Sejak memutuskan untuk menikah muda, saya bertekad akan menjadi istri dan ibu yang hangat, penyayang, dan masakannya selalu dinanti ketika tiba waktunya makan. Asalkan diberi kepercayaan penuh, saya pasti akan bersemangat memasak. Tahun 2013 lalu saya tinggal di rumah Tante saya selama 2 bulan. Di sana saya mulai belajar masak yang gampang-gampang seperti Tumis Kacang Panjang, Oseng Tempe, Jamur Saos Tiram, dan lain-lain. Yang berhasil tentunya langsung saya "persembahkan" untuk Kakak, yang gagal saya makan sendiri walaupun enggan. Hahaaa...
Walaupun begitu, saya yakin akan menjadi koki rumah tangga yang handal, yang masakannya selalu dirindukan suami dan anak. Yang terpenting adalah mau belajar dan memberikan yang terbaik untuk orang yang disayangi. Amien.
Salam, Ummi.
Persiapan #1
Selasa, 08 April 2014
Just Another Insomnia
Hai, sudah lama saya tidak menulis, baik di buku diary maupun di blog. Rasanya ada sesuatu yang saya lewatkan selama ini. Apa ya? Something like i've been hide and seeking for my weakness, but that's really show'em up.
Dan kalian tahu? Saya kehilangan rasa percaya diri atas tulisan-tulisan saya sendiri. Bisa dibilang seperti saya meletakkan pena saya untuk beberapa lama dan pergi mengembara, berpikir ingin menulis apa, tapi tidak mendapat inspirasi-- malah kekosongan. Yeah, i feel the emptiness.
Kali ini saya akan mencoba menuliskan tentang saya--tidak akan sok mengajari lagi seperti di tulisan-tulisan sebelumnya. Ya, semoga.
Dan kalian tahu? Saya kehilangan rasa percaya diri atas tulisan-tulisan saya sendiri. Bisa dibilang seperti saya meletakkan pena saya untuk beberapa lama dan pergi mengembara, berpikir ingin menulis apa, tapi tidak mendapat inspirasi-- malah kekosongan. Yeah, i feel the emptiness.
Kali ini saya akan mencoba menuliskan tentang saya--tidak akan sok mengajari lagi seperti di tulisan-tulisan sebelumnya. Ya, semoga.