Pages

Kutil

Kamis, 25 April 2013
Ini tahun-tahun yang sulit 
Negeri si gemah ripah loh jinawi,
yang sebenarnya sudah kelu aku ucapkan,
tapi dipaksa-paksakan cupaya cinta,
menderita penyakit kutil

Kutil itu menyebar dan sewaktu-waktu dapat meletup
Nyeri dan bau, merata secara keseluruhan
Ada yang kelihatan, ada juga yang malu-malu sembunyi 
Sembunyi di kelamin, di pantat dan ketiak

Kata temanku yang mengaku bijak,
kutil itu tumbuhnya tergantung konteks.
Aku menggarukkan kepala tak mengerti
Pasalnya bukan anak FK atau Biologi,
yang selama ini hanya kukutat kamus dan sejarah pria berkutil di dagu itu

Katanya:
Kutil itu merupakan cerminan kepribadianmu

Jika ia senang tumbuh di tangan, pemiliknya suka sekali "mengutil"
Mulai dari celengan ayam di rumah, uang ribuan di atas meja sampai uang rakyat
Tak ada yang luput
Dan yang luput seolah dibuat tak ada

Jika kutil itu tumbuh di leher, tentulah lemaknya terlalu banyak
Daging berlebih tak bisa menampung sehingga ia "didiskreditkan" membulat menjadi kutil
"Orang yang seperti ini biasanya suka sekali makan", ujarnya.
Mereka suka makan makanan dan yang bukan makanan.
Yang bukan makanan ini bisa jadi seperti sesuatu yang termakan.
Termakan jari sendiri.
Termakan omongan sendiri.
Termakan kekuasaan sendiri.
Parahnya lagi bisa jadi dimakan.

"Kalau kutilnya tumbuh di tempat tertutup?", tanyaku lagi.

Aih, itu pula tergantung konteks.

Kalau tumbuhnya di pantat, mestilah ia orang yang bersabar
Bagaimana tidak jika pantat sebesar itu menduduki kutil yang kecil
Tidakkah kamu ingat suatu rezim yang kuasanya minta ampun
Mereka menekan kutil kecil itu tapi tetap membiarkannya hidup
Kadang malah digoyang-goyangkan karena asyik walaupun sakit
Tidakkah ada ketimpangan di situ?

"Kalau di kelamin?"

Aih, aih, jangan main-main dengan kata kelamin
Kutil yang tumbuh di kelamin itu pusaka
Jarang orang memilikinya,
karena yang tahu hanya istri, selingkuhan dan teman BBS-nya
Mereka inilah yang pintar kali menyembunyikan dosa
Bercelana seolah tidak apa-apa
Senyum-senyum sambil naik lift ke lantai tiga



Jadi kau punya kutil di mana wahai kisanak?

0 komentar:

Posting Komentar