Pages

Sore Selepas Hujan

Selasa, 28 Mei 2013
"Yah, kenapa hujan sih?"
"Iya nih gara-gara hujan jadi ga bisa kemana-mana"
"Ah, bete banget kalau pakai hujan segala"

Kalimat-kalimat seperti di atas memang sangat familiar di telinga atau bahkan di mulut. Tanpa sadar kita menyesali turunnya hujan sebagai suatu kesialan dan penggagalan rutinitas harian. 

Kata agama, hujan itu berkah, jadi harus disyukuri. Kata fisikawan, hujan itu adalah sebuah fenomena alam, jadi harus diseksamai. Kata filsuf, hujan adalah lambang kebebasan dari rasa takut akan ketiadaan, jadi harus diresapi.

Bagiku hujan adalah sebuah penantian. Aku sangat menantikan saat-saat hujan, terutama pada bulan Desember. Mungkin karena bulan itu umurku resmi bertambah sehingga aku membutuhkan udara yang dingin untuk menghadapi pertambahan umur itu. Melihat langit mendung, petir yang menggelegar dan udara lembab yang tidak membuat pipi kemerahan seperti musim kemarau.

Selain itu, mungkin mereka yang menggerutu lupa satu hal. Hujan seringkali mendatangkan pelangi. Walaupun sudah berkali-kali melihat pelangi, aku selalu takjub untuk meniti warna-warna yang terlihat dengan mataku saat itu. Aku dengan refleks mengecek apakah pelangi yang sebenarnya sama seperti yang dilagukan ketika kita masih anak-anak.

Pelangi-pelangi alangkah indahmu
Merah, kuning, hijau, di langit yang biru
Pelukismu Agung, siapa gerangan?
Pelangi-pelangi, ciptaan Tuhan




Selepas Hujan, ada pelangi yang muncul

Serpihan pelangi

Ini saya setelah "berjihad" UAS dan presentasi

0 komentar:

Posting Komentar