Pages

Aku, Kau dan Kita

Kamis, 13 Juni 2013
Dimulai dengan sebuah pengakuan, sebuah puisi pengakuan bodoh berjudul Kakak kutuliskan di blog ini, aku mulai belajar untuk meraba kehadirannya. Entah ada suatu masa ketika kamu rasanya sudah menemukan sebuah serpihan puzzle yang bisa melengkapi bingkai puzzle yang bolong, maka potensi-potensi terbaik yang ada pada dirimu dapat keluar begitu saja. Kamu mengerti eksistensi dirimu sebagai manusia dan ingin melakukan segala hal secara maksimal. Dan kamu merasa menjadi pribadi yang lebih baik.

Kejadian demi kejadian yang telah dilalui memang begitu bermakna. Semuanya meninggalkan kesan dan pesannya masing-masing. Beberapa kawan sering bertanya denganku bagaimana cara mendapatkan pacar. Seringnya aku hanya tertawa kecil dan menanggapi bahwa jika kamu siap maka pasangan kamu akan datang dengan sendirinya. Memang sih itu ga ada alasan logisnya dan aku belum bisa menjelaskan secara ilmiah.
Tapi percaya deh, makna "siap" itu begitu kompleks. Siap itu ya bisa siap mental, keuangan, waktu, take and give, memahami dan dipahami. Bahkan orang yang terlihat siap aja masih bermasalah dengan hubungannya.

Aku begitu terenyuh dengan perjalanan dialogku yang begitu panjang dengan Kakak. Membahas segala hal yang begitu absurd dan membingungkan. Menyeksamai diri sendiri di tengah hiruk-pikuk dunia yang berlari menjauhi Tuhannya. Aku senang bahwa kita mengawali hubungan ini dengan dialog, bukan perhatian-perhatian semu layaknya pasangan muda yang doyan menanyakan aktivitas harian.

Pilar kita adalah komunikasi. Aku tau bahwa kita saling belajar untuk menyampaikan perasaan, walaupun belum dapat disampaikan sepenuhnya. Yang satu mendesak untuk menyampaikan alasan kenapa bisa suka, yang satu mendesak untuk bilang cinta. Yang satu malas untuk mengabarkan keadaan psikologis, yang satunya terlalu peduli sehingga cerewet. Tapi bukankah ini semua seperti menemukan tutup botol yang tercecer?

Hubungan ini memang bukan tanpa cela. Salah satu dari kita pasti pernah khilaf melakukan salah, membuat sakit hati dan menangis. Sikap kita satu sama lain memang tidak selalu manis atau pun romantis. Tentu ada banyak alasan dalam menampilkan sikap kepada pasangan. Tapi aku selalu ingat dengan apa yang Kakak bilang suatu hari, "Apapun yang terjadi pada hubungan ini, bukanlah berjanji untuk saling setia, tapi berjanjilah untuk tidak ke mana-mana".

Mungkin kita belum sepenuhnya bisa saling memahami. Kita berdua kadang tersandung dengan unsur-unsur eksternal dalam hubungan ini. Tugas "yang sadar" yang harus menarik. Tidak ada waktu untuk mengulur jika hubungan ini ingin dijaga. Merajuk adalah kosakata yang kekanak-kanakkan. Kurasa waktu kita bisa saja habis jika merajuk terlalu sering dilakukan.

Ketika kamu sayang dengan seseorang, lihatlah relasi ini sebagai relasi yang saling memanusiakan. Janganlah lihat dia sebagai perempuan atau lelaki, tapi lihatlah dia sebagai manusia karena satu sama lain dapat saling mengisi.

Selamat 1 tahun, Kakak

Dari seorang anak manusia
yang sedang belajar mencintaimu,
Imu











0 komentar:

Posting Komentar