Pages

All Iz Well

Kamis, 31 Mei 2012
Sejenak hari ini bisa menarik nafas kembali dari instrument UAS; bolak balik buku, meremas fotokopi, coret sana-sini, merangkum, berpikir, menyelami suatu makna, menghapal, mengingat, meraba letak ingatan, memuntahkan semuanya di atas kertas ujian yang berlogo universitas yang dulu gila-gilaan kuimpikan, memijat punggung yang pegal, menggeretakan tangan setiap 5 menit, memiringkan kepala (kebiasaanku kalau bingung), mengerutkan kening, menggoyangkan tungkai kaki ketika dikursi.

Kafein pun bukan jadi sahabat lagi bagiku. Aku tidak juga percaya dengan jam beker Hello Kitty-ku yang kutaruh disebelah bantal. Ia tidak efektif untuk membangunkanku tengah malam. Yang ada aku telat bangun dan merasa bahwa alarm handphone dan bunyi beker tersebut berubah berkhianat.

Maka, aku mengubah strategi dengan "memadu kasih" dengan ruang belajar di perpustakaan sampai matahari turun. Prinsipku, jika aku pulang ketika matahari masih ada, melelehlah wajahku. Maka tak jarang aku belajar, lalu setiap 1 jam sekali memalingkan muka ke jendela, apakah hari sudah gelap?

Aku benci ketika dimana aku tidak bisa bebas membaca ketika aku ingin membaca. Aku benci ketika dipaksa membaca buku yang sudah pernah kubaca, sedangkan di bawah bantalku ada buku yang menarik untuk dibaca. Aku bertingkah seakan salah urat tak bisa menoleh ketika berada di lantai 2 perpustakaan, melihat buku-buku berderet dan tak tahan untuk naik ke bagian koleksi 800-an bagian sastra.

Jika dibilang dapat memicu stress, ya tentu itu hal yang sangat menakjubkan dibalik belajar kebut semalam seperti yang suka kulakukan.

Scene:
  • Mengendalikan seluruh sistem membran sel otakku untuk berteriak, " Take it easy girl. Everything's gonna be okay ". 
  • Tapi ketika sudah memasuki ruang ujian, maka aorta bahkan mencubitiku, memaksaku untuk memompa jantung ketika ujian mulai dekat. 
  • Skeptisme mulai merangkak pelan, berdiri, lalu berjalan. Berjoged ia dengan dentuman jantung, seakan bahagia menari shuffle, mengitari otak. Merangkul pikiran negatif dan keringat dingin untuk menjemput Nyonya Kegagalan yang sedang kipas-kipas minta kerjaan.
  • Hati nurani sedang jongkok, seakan sebal dan merajuk melihatku tidak yakin dengan diri sendiri. Dengan wajah muak, ia berkata kasar: " Nyantai aja, kenapa sih!? Toh kalau lo gagal ujian, Obama juga tetep boker!".  
  • Atau si otak yang kupaksa semalam suntuk belajar, temanku sejak mengenal kehidupan: " Jangan sampai lo cuman bisa bikin gua sia-sia nemenin lo belajar semalaman suntuk hanya untuk mental jongkok lo! Basi tau ga!".
  • Maaf kalau kasar, ini benar-benar perumpamaan. 

Lagi-lagi ini semua berhubungan dengan mental kan? Se-prepare apapun kita, kalau mental jongkok, ya mau gimana lagi? Pikiran positif itu sangat penting dalam menjaga perasaan. Dan ketahanan mental akan berbagai macam situasi juga benar-benar harus diadakan kapanpun dan dimanapun. Dapat bertindak secara tenang, tanpa mengabaikan rasio.

Mental.
Itu kata kuncinya.

Mental + Persiapan yang baik + Positive thinking = Keberuntungan.

All iz well!

0 komentar:

Posting Komentar