Pages

4 Stages of Competence

Selasa, 07 Juli 2015
Hi, blogy! Apa kabar? Nggak marah kan aku lama ga update?
Kamu tau? Aku habis nyasar beberapa waktu yang lalu. Berhubung nggak ada bukti gambar dan ini kisah yang sangat personal, jadi yang tahu hanya bulan, perjalanan dan kita :)
______________________________________________________________

Oke, kali ini aku mau membahas sesuatu yang kudapat ketika baca sebuah majalah saat berada dalam perjalanan udara menuju bandara Cengkareng. Majalah salah satu maskapai penerbangan itu dominan membahas tentang keindahan pariwisata dan budaya Indonesia. Dan pada lembar terakhir majalah tersebut akhirnya aku menemukan hal yang menarik, yaitu tentang tahapan-tahapan seorang individu dalam menyadari kemampuannya.

Akan dijabarkan dengan cerita sebagai berikut;

Raka yang berumur 5 tahun diajak orangtuanya pergi ke pantai. Dan pada saat kedua orangtuanya lengah, Raka berlari menuju air laut dan tenggelam karena tidak bisa berenang. Untungnya ia diselamatkan oleh orang di sekitarnya.

Saat Raka sudah mengerti bahwa dia tidak bisa berenang dan pernah tenggelam saat masih kecil, ia memutuskan untuk belajar berenang dengan Ayahnya setiap minggu. Dalam kurun waktu seminggu, Raka dapat menguasai berbagai macam gaya renang.

Suatu hari saat Raka SMA, sekolahnya mengadakan acara darmawisata ke sebuah pulau terpencil. Sekolah menyewa sebuah kapal boat dengan kecepatan maksimum. Salah satu teman Raka, Ratih, terjatuh karena beban tidak seimbang dan tergelincir. Rtih jatuh ke laut. Melihat itu, Raka refleks (kebetulan dia naksir Ratih) terjun ke laut dan menolong Ratih.

Jadi dalam cerita di atas dapat disimpulkan proses Raka dalam mengenal kemampuannya, yang dalam konteks ini adalah berenang. Disebut sebagai Four Stages of Competence yang dikembangkan International Training Gordon pada tahun 1970.
1. Unconscious Incompetence (Ketidaksadaran akan ketidakmampuan)

Ini merupakan fase dimana seseorang tidak menyadari ketidakmampuannya dalam melakukan sesuatu. Hal ini bisa jadi karena si pelaku masih kecil (balita) dan belum mengerti apa-apa.

Dalam kasus Raka, saat masih berumur 5 tahun ia belum mengerti bahwa ia dapat tenggelam di laut karena memang belum pernah belajar berenang sehingga tidak bisa mengapung di air.

2. Conscious Incompetence (Sadar akan ketidakmampuan)

Dialami Raka pada saat menyadari bahwa ia tidak bisa berenang dan akhirnya belajar berenang bersama ayahnya setiap minggu.Dalam hal ini, Raka sadar akan ketidakmampuannya dan mau belajar hingga akhirnya bisa.

Fase ini merupakan penentu, apakah seorang individu tersebut ingin memperoleh skill baru atau tidak. Jika ya, maka ia mau belajar dan semangat mearihnya sampai bisa dan menguasai skill tersebut.

Ada individu yang etos belajarnya lemah sehingga ketika sadar akan ketidakmampuan malah menjadi down dan menghindar. Tapi ada juga yang etos belajarnya tinggi dan segera mencari dan melakukan berbagai cara agar ia dapat menguasai sesuatu.

Seperti saya, etos belajar matematika-nya rendah, sampai sekarang nggak bisa-bisa juga tidak ada keinginan untuk memperdalam. Tapi jika disodorkan dengan sesuatu yang berbau linguistik dan literatur, maka akan saya lahap habis karena menarik.

3. Conscious Competence (Sadar dalam menggunakan kemampuan)

Saat Raka dalam proses belajar berenang hingga berbagai macam gaya renang dikuasainya, maka ia berada daam fase sadar dalam menggunakan kemampuan. Dalam fase sadar ini, tentunya ia menerapkan berbagai macam teknik dan paham betul dengan apa yang dilakukannya.

4. Unconscious Competence (Ketidaksadaran dalam menggunakan kemampuan) 

Fase ketidaksadaran dalam menggunakan kemampuan dialami Raka ketika refleks menyelamatkan Ratih yang terjatuh ke dalam laut. Tanpa pikir panjang, ia langsung terjun tanpa sadar menggunakan gaya renang apa, ia langsung terjun ke dalam air sinetron banget sih lo, mi!.

Hal ini juga sering terjadi dengan kita ketika menulis, berjalan, memasak, berbicara, dan banyak hal yang tanpa kita sadari merupakan hasil dari proses ketidaksadaran akan ketidakmampuan.
__

Hidup itu seperti mendaki gunung; berjalan terus, menaiki tanjakan demi tanjakan yang semakin tinggi, dan tanpa sadar kita sudah berada di puncak. Dan ketika sudah menaiki sebuah gunung, maka sebaiknya melihat gunung lain lagi dengan ketinggian dan tantangan yang berbeda. Jangan hanya menaiki satu gunung saja.

Jadi intinya manusia itu memang harus membuat lembaran-lembaran baru dalam episode kehidupannya. Kita harus move on! Jangan stuck di satu titik. Dunia tidak berputar hanya untuk kita!

0 komentar:

Posting Komentar