Pages

Petualangan Autis #Part 2

Selasa, 07 Juli 2015

Akhirnya ketika menemui halte trans yang ketiga, aku memutuskan untuk naik. Maka aku menyeberang menuju sana. Tapi ketika itu ada suatu hal yang sangat menarik perhatianku ketika menyeberang. Diseberang halte tersebut ada sebuah gedung putih membosankan, yang auranya melambai-lambai padaku untuk didatangi.

Dengan muka datar, aku menyeberang lagi menuju gedung itu. Dia adalah *jrengjreng




Munas. Museum Nasional! Aku langsung melirik jam, pukul 02.00. Kulihat dibagian tiket, pukul 04.00 tutup. Ah, sempatlah~ Paling nanti keluar jam 4 kurang.
Akhirnya aku masuk dengan membeli tiket seharga Rp. 5000,00. Ketika aku masuk ada sisi kiri dan kanan. Bingung. Akhirnya aku menuju ke arah koleksi arca dan prasasti bagian outdoor terlebih dahulu. Sangat banyak. Sampai aku terkagum-kagum sendiri.

Dewi Durga

Yang arca yang mana ya? hehe

Raja Adityawarman, Kerajaan Melayu


Kunamakan prasasti terlantar, kasihan ditaruh dipojokkan dekat selokan lagi.

Ini juga, ga ada keterangannya #haduuh gusti
Selama di museum, aku celingak-celinguk nggak karuan. Habisnya ngerasa ada yang ngawasin dari belakang. Maklum, aku kan sendirian #eaa, lempar sepatu kemuka sendiri

Masuk keruangan Koleksi Tekstil (sumpah merinding masuk ruangan ini, hawanya berat).

Alat untuk menyongket

Kain Ulos Batak


Kain Songket; ada benang emasnya lho~


Batik Kartini; dibuat sendiri oleh RA Kartini (corak yang sangat berkepribadian)


Kain dengan sulaman


Ini dari Nusa Tenggara

Kain Manik, khas Nusa Tenggara

Kain Manik Suku Dayak



Lalu, masuk ke ruang artefak kebudayaan Indonesia. Saking luasnya, sampai aku nyeker nenteng sepatu. Kakiku sakit.

Dewi Sri; patung anyaman bambu untuk upacara sesajen (Bali)

Ikon pria dan wanita; terbuat dari koin (Bali)

Gamelan Banjar (Kalimantan Selatan) sumpah aku baru tau kalau suku Banjar ada kesenian karawitannya sendiri

Rumah-rumah adat suku di Indonesia ukuran mini

Sisir untuk wanita (Maluku) kalau sekarang, yang ada ketusuk kepalanya

Kepala Patung Suku Asmat

Ini juga punya suku Asmat

Perahu suku Asmat

Totem

Dan akhirnya baterai handphone-ku sisa 1. Mampus deh! Akhirnya benar-benar berhemat. Untung semua sudut museum sudah kujelajahi, jadinya nggak kefoto juga nggak apa-apa, pikirku polos. Aku pun melanjutkan menjelajahi bagian sayap kanan museum. Kupikir itu hanya foto-foto koleksi naskah.
Nggak taunya, aku menemukan sebuah labirin yang begitu besar, 4 kali lipat lebih besar daripada yang sudah kujelajah dengan letih. Sumpah, gede banget!

Aku langsung jongkok dilantai (toh nggak ada orang). Capek, tapi masih ada tenaga. Ah, enjoy aja deh. Kalau capek duduk, tapi jangan lama-lama. Kulihat jamku, jam 03.28. Aduh bentar lagi tutup. Tapi kalau dilewatin sayang. Ya udahlah aku masuk aja. Oke, kita ngebut.

0 komentar:

Posting Komentar