Pages

Petualangan Autis: Kontemplasi Asal-Usul

Selasa, 07 Juli 2015
Setelah bertelepon ria dengan orang jelek (baca: gege :p), aku memutuskan untuk pergi jalan-jalan tanpa tujuan ke arah Banjarbaru. Petualangan autis: tanpa perencanaan, tanpa gambaran dan tanpa tujuan, tapi harus ernilai edukatif.

Nah, ketika naik motor dan sampai di depan kantor polisi, aku melirik ke arah sebuah gedung yang sudah 8 tahun tidak kukunjungi. Itu adalah *jreeeng jreeeng

Yoi, museum Provinsi Kalsel Lambung Mangkurat, Banjarbaru.
Dengan view rumah Banjar.

Masuknya cuman Rp. 1500. Ehm, biasanya kalau harga tiketnya murah, fasilitas di dalam tidak terlalu terawat kan? Coba kita lihat ke dalam!

Bagian pertama adalah ruang Sentra Sejarah Alam bumi Kalsel.
Ini namanya Lapangan Merdeka, sekarang jadi halaman Mesjid Sabilal Muhtadin Banjarmasin

Banjarmasin dari atas tahun 1942. Pasti sungainya masih belum rusak seperti sekarang.

Suasana masyarakat Cempaka-Martapura yang mencari intan dengan cara manual memakai alat berupa dandang besar berbentuk bulat kerucut. Digunakan untuk memisahkan antara intan, pasir dan batu.

Pasar di bawah kolong jembatan Antasari. Sekarang jembatannya sudah besar dan kotor.

Rumah Lanting; terletak di pinggir sungai yang memungkinkan kapal untuk singgah dengan mudah.

Nenek moyangku (juga) seorang pelaut. Perahun Banjar.

Pasar Baru Banjarmasin, sekarang Pasar Hujung Murung.

Pasar Terapung

Kegiatan barter masyarakat Banjar tempo dulu.
Seni Pertunjukan Banjar

Pakaian Wayang Gong

Wayang Gong bersama satu paket dengan wayang orang, wayang kulit dan tari topeng.

Rumah Banjar dari samping

Agak goyang fotonya. Soalnya agak merinding di dalam ruangan ini. Pas aku masuk tiba-tiba banyak suara berdecit. Merinding deh kalau masuk museum sendirin.

Rumah Joglo; biasanya tipe bangunan seperti ini dihuni oeh etnis Cina di Kalsel.

Balai Bini; rumah untuk istri yang sudah dinikahi *bini yang keberapa yolah?

Palimasan; tipe rumah bagi para alim ulama. Teras depan dibuat sedemikian rupa agar dapat memuat orang banyak jika ada yang berkunjung.

Rumah Palimasan memiliki surau keci di belakang rumah.

Tadah Alas; rumah bagi rakyat biasa (yang mampu).

Cacak Burung

Palimbangan. Pas foto rumah ini, aku ngelihat sesuatu di pantulan kaca. Demi Tuhan, aku langung merinding sendiri. Tapi perjalanan keliling museum tetap kulanjutkan karena sayang. Toh tujuanku ke museum kan bernilai edukatif, bukan buat ganggu atau berisik.

Seni ukir bini

Transportasi Sungai. Bayangin dengan setting jaman dulu, dari satu tempat ke tempat lain naik perahu. Keren banget! *kamu kan ga bisa renang mi!?

Ilustrasi rumah lanting. Nah di pojokan sana kan ada boneka di ayunan. Itu namanya bedongan bayi. Biasanya jika bayi sulit tidur, cara bedong ini sangat efektif. Trust me it works! #sambil mengacungkan jempol *apasih mi? hehe

Peralatan rumah tangga

Senjata Tradisional

Pakaian adat Nanang-Galuh: pakaian adat pemuda-pemudi Banjar untuk acara resmi.

Pakaian Pengantin Banjar: Baamar Galung Pancar Matahari. Pakaian pengantin ini mendapat pengaruh kuat dari Melayu dari segi warnanya (merah-orange) dan pengaruh Cina dari segi corak pakaian.

Pakaian Pengantin Banjar: Bagajah Gamuling. Dominasi warna kuning yang berasal dari pengaruh budaya Keraton Banjar Negara Dipa pada masa pengaruh Hindu-Budha/pengaruh masuknya bangsa India.

Maantar Jujuran. Jujuran dilakukan oleh pihak pria. Semakin banyak dan tinggi nilai barang yang ditukarkan, maka semakin menentukan status sosial yang akan diberikan pihak pria kepada pihak perempuan. Jujuran berfungi sebagai penyatuan harta benda untuk melakukan join-join pengumpulan harta yang bernilai tinggi untuk disimpan. Fungsi utama dari pembayaran mas kawin dan jaminan-jaminan perkawinan lainnya adalah untuk menjaminfungsi pertukaran gadis di dalam sebuah bentuk sebuah perkawinan disamping sebagai pemenuh kebutuhan dan pelanjut keturunan. Kok aku jadi ngerasa kalau perempuan seperti bisa dibeli oleh sebuah mas kawin. Apalagi jaman dulu kan tabu kalau menolak pinangan orang.

Naga Darat: berfungsi sebagai kepala perahu untuk mengarak pengantin. Kalau jaman modern pakai mobil, jaman dulu pakai perahu ya? Wiiiih~ :P

Pelaminan Banjar

Baayun Mulud: upacara mengayun bayi/balita pada saat perayaan Maulid Nabi yang bertujuan mendoakan kehidupan bayi ketika dewasa kelak.

Basunat

Batamat Quran

Upacara kematian jenazah

Ilustrasi penambangan intan


Peralatan keagamaan suku Dayak dan Bukit

Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari; seorang penulis karya sastra klasik yang menyorot ilmu fiqh, tauhid, dan aqidah berupa kitab-kitab penuntun keagamaan. Tulis tangan Kitab Suci Al-Quran beliau katanya juga sangat indah. Sejak umur 8 tahun telah menarik perhatian Sultan Banjar dengan kemampuan baca-tulis Al-Qurannya yang akhirnya dibiayai untuk menimba ilmu selama 30 tahun di Mekah. Setelah pulang, mendirikan pesantren dan aktif menyebarkan ajaran Islam.

Al-Quran tulisan tangan Syekh Muhammad Al-Banjari

A food, huntering, gathering society

Ilustrasi kegiatan Kerbau Halangan Tadangan. Sebuah bentuk usaha menjaga kemurnian sumer daya alam dan penambahan jumlah makanan dengan kebutuhan energi dan kalori hidup yang seimbang. Budidaya kerbau rawa di daerah Danau Panggang Amuntai.

Alat musik tradisional

Candi Agung; bercorak Hindu

Ga tau kenapa, aku sebal melihat benda yang tidakpada tempatnya. Memangnya museum ini lelucon apa? Kenapa ditaruh di daerah pajangan? Sumpah mengganggu nilai estetika banget.

Benda pusaka Kerajaan Banjar. Full of GOLD!

Naskah perjanjian Banjar dengan VOC

Stempel Kerajaan Banjar

Keraton Terapung Banjar awesome! Andaikan masih ada~

Poster daftar pemberontak Nedherland yang diburon

Ilustrasi pemberontakan terhadap Nedherland

Benteng Tabanio aku pernah penelitian disini lho!





Foto bareng Pangeran Antasari :D

Sayangnya ini ga ada penjelasan

Ir. Pangeran Muhammad Nur; Gubernur pertama Kalimantan

Dr. Mas Moerdjani; sekarang jadi nama alun-alun tempat nongkrong remaja Banjarbaru kira-kira berapa remaja tukang nongkrong di Moerdjani yang  tahu riwayat Pak dokter ini ya?

Pak Sjahril Darham, Gubernur Kalsel yang ketahuan makan duit rakyat. Dipenjara dan 3 tahun kemudian bebas. Betapa simplenya menjadi koruptor di daerah!

Kerangka ikan paus

Dalam proses renovasi karena bulan September akan kedatangan artis Sigi Wimala, Duta Museum Indonesia. Selamat berbenah, biar ga malu-maluin!

Dan kesimpulan saya adalah ternyata jika kita ingin berbicara budaya Banjar, maka tidak hanya berbicara tentang Islam. Memang kebudayaan Banjar sarat akan pengaruh Melayu-nya yang kuat. Tapi jangan lupakan juga bahwa tanah ini pernah di jejakkan kaki oleh suku bangsa India yang juga ikut andil sebagai nenek moyang suku Banjar.

Aslinya orang Banjar adalah mereka yang memiliki darah Dayak, lalu berasimilasi dengan kebudayaan Melayu dan menciptakan kebudayaan Banjar. Lalu kunjungan persahabatan antar kerajaan juga menjadi faktor asal-usul bangsa Banjar. Kerajaan Banjar memiliki hubungan erat dengan Kerajaan Majapahit. Tak heran jika ada beberapa bahasa Banjar yang mirip bahasa Jawa. Pun kebudayaannya juga memiliki kemiripan.

Untuk masalah keturunan raja atau bangsawan, di Kalsel ditandai dengan nama awalan Gusti yang dibawa oleh sistem patrilineal. Tapi jika kulihat secara sekilas, gelar tersebut tidak terlalu berpengaruh pada masyarakat dan sistem sosial dewasa ini. Berbeda dengan gelar Raden Mas dan Raden Roro di keraton Jawa misalnya, yang masih sarat akan sistem hirarkisme karena fungsi Sultan sebagai ikon pemerintahan masih berjalan.

Kebudayaan Banjar yang sarat akan gotong royong justru terletak pada aktifitas maritimnya. Terlihat pada aktifitas pasar terapung yang tidak memungkinkan untuk dilakukan sendirian; mendekatkan perahu ke pinggir, meminta tolong untuk memberikan barang dari satu perahu ke perahu lainnya. Sama saja halnya dengan kebudayaan suku lainnya.

Nah, yang sangat disayangkan, perhatian pemerintah terhadap museum-museum di Kalsel. Aku selalu memperhatikan betapa tidak terawatnya museum-museum yang ada. Mulai dari segi gedung dan perawatan terhadap benda-benda bersejarah tersebut. Dan menurutku bagian Departemen Budaya dan Pariwisata kurang agresif dalam mendisplay tampilan museum-museum di Kalsel ini. Mereka lebih tertarik pada proyek-proyek yang hidup seperti ajang kontes Nanang-Galuh. Memang itu bagian yang penting juga untuk menunjuk duta wisata daerah yang masih kubingungkan apa gunanya untuk kemaslahatan umat. tak lebih seperti ajang kecantikan dan ketampanan dengan kedok pemilihan duta wisata. toh grafik peminatan wisatawan di Kalsel selama ini tidak menunjukkan hasil dan kontes Nanang-Galuh tetap berjalan.

Bagiku sangat penting mengetahui apa-apa yang telah dilakukan oleh nenek moyang kita dalam mengahadapi hidup. Bukan hanya sekedar sesuatu yang kuno, yang hanya ditemui dalam pelajaran sejarah dan muatan lokal. Penting untuk mengetahui asal-usul kita. Belajar dari apa-apa yang telah terjadi pada masa lampau.

Jika hanya beranak pinak, hidup ini terlalu singkat bukan?

0 komentar:

Posting Komentar