Pages

Dolan Nang Jogja Dewean

Selasa, 07 Juli 2015
Rute dari Pabelan-Jakarta berubah total jadi Pabelan-Yogya-Jakarta. Dan berkesempatan juga akhirnya menengok pesantren saya dulu setelah 4 tahun tidak ke sana. Kali ini dengan izin (kemarin-kemarin ga pakai izin) dari Abah, dengan syarat jam 2 minimal sudah balik ke penginapan.
Maka aku jalan sendiri keliling pusat kota mengenang masa-masa jadi santri (yang bebas).
_________

Mari bersepeda keliling gang sempit dan pusat kota Yogyakarta

Disambut oleh gerbang yang benar-benar berbeda ketika pertama kali aku menginjakkan kaki disini
Rupanya ada renovasi besar-besaran
Welcome!
Dulu aku sering lari-lari naik tangga ini karena telat masuk kelas
Dulu ini markas anak-anak kelas 1 yang cupu
Ketika aku kelas 1B, setiap istirahat/jam pelajaran kosong, aku suka berdiri disana dan menyanyi sendirian
Ini kelasku dulu, 2B

Kelas 2, aku suka berdiri disana juga. Kadang mengobrol dengan Abi Djuned (guru Qur'an Imla'). Apa kabar beliau ya? *semoga beliau sehat :)
Kelas 3B, aku sering di dalam kelas. Kali ini tidak bisa sering-sering berdiri di pelataran karena harus pintar membagi waktu belajar dan berlatih soal.
Harus tegak pendirian~ Ya, sampai sekarang ajaran ini masih kubawa, tapi dengan kacamata yang baru.
Dulu di kelas ini, aku berlatih paduan suara bersama tim padus mu'allimaat. Latihan kami sangat keras, setiap hari selama jam 3-6. Belum lagi kalau mau perform~ bisa malamnya juga dihajar. Pencapaian tertinggiku ketika itu adalah tampil di Muktamar Nasyiatul Aisyiyah ke-10 di Surakarta dan Reuni Akbar Mu'allimaat di Malang. Aku jadi anak padus selama 2,5 tahun. Kelas 3 berhenti~ Banyak orang yang bersuara indah yang kukagumi di ekstra ini.
Dulu ini adalah BPJ (Bawah Pohon Jambu), ada tempat duduknya buat santri kalau lagi istirahat atau jadi tempat ngumpul. Tapi sekarang jadi tempat lonceng~ mana tempat duduknya ya?
Setiap istirahat, beberapa teman-temanku (aku ga pernah ikut) suka nongkrong disini sambil memandang satpam baru yang bernama Pak Wahyu. Kata anak-anak sih Pak Wahyu mirip Taufik Hidayat~ganteng. Banyak banget yang nge-fans sama satpam ganteng itu. Dan dia pintar main bulu tangkis juga! Tapi pas kesini aku ga ada lihat Pak Wahyu.
Mesjid Jami'. Kadang-kadang setiap malam Jum'at kami ke mesjid ini. Ada kesempatan untuk melihat dunia luar di malam hari~ *Dulu aku suka curi-curi pandang ngeliat anak pemilik mesjid ini, namanya Gamal. Haha~

Chiko; toko pernak-pernik yang merupakan bagian sivitas akademika Mu'allimaat
Dulu di gang sempit ini, ada tempat laundry, namanya Vinda Landry. Aku sering laundry seprai disini karena ga kuat nyuci, berat dan kurang bersih. Sekarang katanya sudah dipindah~

Gang ini merupakan gang jalan pintas ke segala akses luar. 
Asrama Siti Aisyah; asramaku ketika kelas 1. Masa-masa adaptasi yang berat untuk seorang anak Kalimantan dimana menghadapi santri yang belum paham keberagaman sehingga dia menjadi Primordialis. Dan sikap keras kepalaku memang berbenturan dengan kawan-kawan di kamar yang berbeda latar belakang suku dan budaya, sehingga mengakibatkan perang dingin selama 1 semester. Jawabannya singkat, aku pindah kamar ketika semester 2.

Asrama Ummu Salamah; paradise. Aku sangat-sangat-sangat nyaman sekali ketika pindah ke sini. Naik kelas 2, kami semua di tempatkan di asrama untuk kelas 2, salah satunya Umsal. Tempat aku menemukan arti persahabatan, kebersamaan, saling mengerti satu sama lain, kesabaran, kedewasaan, ketekunan, juga jati diri. Viva Amoeza!
Di toko itu, aku suka beli isi pensil yang cepat habis *pasalnya setiap hari aku suka menggambar setiap waktu
Dulu ini minimarket Roma. Sekarang kayaknya sudah dikontrakkan ya? ;(
Ketika gempa Yogya yang pertama, aku berlari ketakutan menyusuri pertokoan ini. Sempat kulihat seorang ibu-ibu Tionghoa kerepotan dan ketakutan sambil menggendong kedua bayi kembarnya di tengah kepanikan gempa bumi. Banyak toko-toko yang tutup sekarang~

Poenakawan; tempat ATM, menunggu bus dan kabur yang paling strategis :p
Sebelum memulai petualangan autisku ketika Tsanawiyah, aku suka mampir ke toko buku Sinar Muhammadiyah ini. Banyak buku bagus yang tidak radikal. Uang jajanku suka kupakai untuk membeli bacaan atau novel disini.

Perempatan Yogyakarta. Bank BNI, Bank Indonesia, Monumen Serangan Umum 1 Maret dan Istana Negara.
Kelas 1 aku suka jalan sendirian di sekitar sini. Kelas 2 aku sering duduk bersama Uchy, sahabatku yang dari Kendari. Kami suka beli gethuk dan makan bersila disini. Ga terbayar deh kenangan itu~
 Ternyata Yogya lagi ada acara besar. Peringatan hubungan kota Yogyakarta-Kyoto, YAF (Yogyakarta Art Festival) dan banyak lagi festival-festival lain yang akan diselenggarakan. Sayangnya sore itu aku sudah harus balik ke Jakarta. Maka aku ngebut naik sepeda mencari tempat-tempat yang menarik. Syuuung~
Termangu
Pohon yang menuntut kepada Kota
Polah Arogansi Kaum Militer
Gerbang Agama Shinto jadi penanda Peringatan Hubungan Yogyakarta-Kyoto
Lelap
Scorpio dekat stasiun Tugu
Ada Naga nyasar di jalan Malioboro



Malioboro: Tidak seramai dulu
Makan Lothek dengan pesanan cabe 6 biji. Huh hah huh hah, pedas!
Tugu Jam; ia selalu setia sejak dulu berdiri disana.
Angin membelai siluet lukisan batik itu.
Pasar Kangen. Cieeee #kaya saya dong yang emang lagi kangen, hehe
Rame ing gawe
Alun-Alun Utara Yogyakarta. Setiap hari Jumat pagi, aku suka jogging, beli susu murni dan kalau rezeki bisa liat santri putra lagi olahraga :p

Beranjak dari renungan dan kenangan, it's me. Now!
#ini sambil naik sepeda lho!

Mesjid Gedhe; tempat kami berolahraga permainan.

Dulu disini aku menangisi kekalahan bersama teman-teman Umsal karena tidak berhasil meraih predikat juara Tarik Tambang Tingkat Asrama. Kalau diingat-ingat, lucu juga ketika itu~ Aku untuk pertama kalinya merasa babak belur menarik sebuah tali tambang yang kasar dan besar. Teman-teman yang lain kakinya luka dan bengkak. Kalau aku tanganku yang sobek di bagian telapak tangan~ Akhirnya kami dinyatakan juara 3. Benar-benar kenangan berharga :)

Kauman; tempat Kiai Haji Achmad Dahlan

Di wartel ini aku suka menelepon orangtuaku. Tapi ketika kelas 2 dan 3, aku jadi jarang menelepon mereka karena terlalu asyik dengan teman-teman di pesantren ;)

Itu gerobak es Pak John; es buah terenak di dunia yang pernah ada. Dulu harganya masih Rp. 1.500~

Mengembalikan Blacky ke penyewaan. Makasih ya Blacky udah ditemenin keliling kota~ So long!

Gang sempit; khas daerah sini.

I love old building!

Jalan Putih
Peringatan ini benar-benar dilaksanakan disini~
Dulu aku kurang suka sama aturan di gang ini. Tapi akhirnya aku mengerti kenapa harus di tuntun.
Dalam perjalanan pulang, singgah sebentar ke pabrik laundry Om Asmel (teman Abah). Aku sempat tanya-tanya proses pencucian disini seperti apa. Menyenangkan!

Setelah selesai lihat-lihat pabrik, aku berjalan menuju kampung di belakang (tapi ga bisa jauh-jauh karena mau berangkat). Ada sebuah gerbang besi karatan dan berlubang. Ketika kuintip, berasa di hutan Kalimantan!
Dan akhirnya berakhir! Dadah Jogja. Semoga nanti bisa melaksanakan petualangan autis disana suatu hari nanti! Amien :)

#yang ini bukan petualangan autis karena aku tau tempat, lokasi dan memiliki tujuan.

0 komentar:

Posting Komentar