Pages

(Review) Babies-Thomas Balmes

Kamis, 09 Juli 2015
Judul: Babies
Type: Film Dokumenter
Sutradara: Thomas Balmes
Durasi: 79 menit



“A baby is God's opinion that the world should go on.” 
― Carl Sandburg

Film dokumenter ini menceritakan kehidupan empat bayi dari negara yang berbeda. Adalah Ponijao (Namibia, Bayar (Mongolia), Mari (Tokyo), dan Hattie (San Fransisco), yang ditampilan sejak saat baru lahir hingga dapat berjalan. Keempat bayi ini tumbuh besar di lingkungan, budaya, dan kondisi keluarga yang sangat berbeda. 
Ponijao
Scene dimulai dari Ponijao, seorang bayi yang lahir dari suku Himba di Opuwa, Namibia. Lingkungan tempat Ponijao lahir dapat dikatakan masih sangat primitif dan tentu saja unik. Di tempat tinggalnya tidak ada dokter, susu formula dan makanan bayi tambahan. Ponijao murni menggunakan alam dan interaksi dengan teman sebaya untuk memenuhi hasrat keingintahuannya.
Di Mongolia, ada Bayar, bayi pasangan nomaden Mongolia yang bekerja sebagi peternak. Bayar tinggal di padang sabana yang terhampar luas dengan langit biru yang membentang indah. Saat ibunya sedang mengurus ternak, Bayar ditinggal dengan kakaknya, Degi yang suka mengganggu. Sejak awal, Bayar sudah terbiasa berinteraksi dengan kucing, ayam dan sapi di lingkungannya. Karena daerah tempat tinggal Bayar sulit air, ia dan keluarga harus hidup efisien.
Bayar
Di Tokyo dan San Fransisco, Mari dan Hattie hidup bersama ayah dan ibunya dalam nuansa perkotaan. Mari dan Hattie mendapat perawatan mapan ala bayi perkotaan, seperti senam perkembangan otak, berenang di kolam, bermain di taman, mengunjungi kebun binatang, dan bersosialisasi dengan bayi-bayi lain di sebuh perkumpulan. Mari dan Hattie adalah gambaran bayi mapan yang tercukupi kebutuhannya.
Mari
Dalam segi sosial, Ponijao dan Bayar lebih mandiri karena "dibiarkan" mengenali lingkungan dan alam sekitar. Ada adegan menggemaskan saat Ponijao didorong oleh teman sebayanya yang dibalasnya dengan sebuah gigitan dan atau adegan Bayar yang kerap diusili oleh kakaknya. Dapat dikatakan Ponijao dan Bayar adalah contoh anak yang "dibiarkan" bergaul dengan manusia lain tanpa adanya pengawasan ketat dari orangtua dan menjadikan mereka sebagai anak yang riang, mudah bergaul, dan cepat belajar. Berbeda dengan Ponijao dan Bayar, Mari dan Hattie dalam kesehariannya kerap diawasi oleh orangtuanya. Yang menarik adalah ada adegan di mana Mari terlihat frustasi dengan kumpulan mainannya dan tidak banyak berinteraksi dengan bayi lain. 
Hattie

Keempat bayi dalam film ini ditampilkan secara jujur, tanpa adanya campur tangan dari pihak lain, tanpa ada dialog panjang, hanya bayi, bayi dan bayi. Momen-momen menawan dari mereka pun tak luput dari perhatian, mulai dari saat lahir, membuka mata untuk pertama kali, menangis, tengkurap/tiarap, duduk, merangkak, berdiri dan berjalan. Film ini ingin mengatakan bahwa secara umum, perkembangan bayi di berbagai tempat sama. Yang membedakan hanyalah lingkungan dan situasi tepat mereka bertumbuh.
Proses pembuatan film dokumenter ini menghabiskan waktu sekitar dua tahun. Rata-rata ia akan berada di tiap-tiap keluarga selama dua minggu untuk merekam momen-momen tumbuh kembang mereka. Balmes mengambil gambar selama 45 menit setiap hari sehingga terkumpul video mentah selama 400 jam yang diedit menjadi film berdurasi 79 menit. Walaupun bayi-bayi ini belum sadar kamera, akan tetapi momen-momen yang ditangkap sangat lucu, unik dan juga mengharukan.

* * *
Menurut saya, walaupun kehidupan Ponijao dan Bayar tidak sebersih dan sebaik Mari dan Hattie, tapi mereka mendapatkan satu pelajaran yang paling mempengaruhi tumbuh kembang sebagai anak manusia, yaitu interaksi dengan alam bebas. Ponijao dan Bayar adalah contoh dari bayi yang dididik mandiri sejak dini. Mengandalkan insting, mereka menjadi bayi yang cepat belajar dan mudah bergaul. Ibu saya menamainya dengan istilah "anak alam", anak hasil didikan alam. Sedangkan bayi seperti Hattie dan Mari, walau memang tampak sekali sangat tercukupi kebutuhannya, perkembangannya lebih lamban dibandingkan anak alam karena kerap dibantu dan difasilitasi oleh kedua orangtuanya. 
Dan saya menangkap pesan bahwa dalam kehidupan yang serba kekurangan sekalipun, kebahagian tidak akan pernah pelit menampakan wujudnya. 
Selamat menonton :)

0 komentar:

Posting Komentar